Lompat ke isi utama

Berita

Diskusi Media Kepemiluan, Lolly Tekankan Pentingnya Penguatan Pengawasan Digital Berbasis AI

Lolly Suhenty

Tangkapan layar saat Anggota Bawaslu RI, Lolly Suhenty menjadi Narasumber kegiatan Diskusi Media Kepemiluan yang digelar secara daring, Jumat (13/11). (foto: aks)

PURWOKERTO, BAWASLU BANYUMAS – Anggota Bawaslu RI, Lolly Suhenty menegaskan perlunya strategi mitigasi dini dalam menghadapi pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) pada pengawasan penyelenggaraan pemilu. Hal itu ia sampaikan saat Bawaslu Kabupaten Banyumas mengikuti Diskusi Media Kepemiluan bertema Antisipasi Perkembangan AI dan Model Pengawasan Digital di Pemilu yang digelar secara daring, Jumat (13/11). Lolly menyebut pengalaman Pemilu 2024 menjadi pijakan penting dalam merumuskan langkah preventif.

“Situasi berkembang jauh lebih cepat dari regulasi. Maka mitigasi dini harus dilakukan agar potensi masalah bisa kita tangani sejak awal,” ucap Lolly yang juga bertugas sebagai Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Hubungan Masyarakat Bawaslu RI.

Lolly menjelaskan tantangan utama hadir dari perubahan pola konsumsi informasi, terutama pada generasi muda. Ia menyoroti data survei yang menunjukkan bahwa 7 dari 10 anak muda mendapat informasi kepemiluan dari media sosial, bukan kanal resmi. Kondisi ini menuntut Bawaslu untuk semakin adaptif dan meninggalkan metode pengawasan manual.

“Kita enggak bisa lagi mengawasi secara manual saat situasinya sudah sangat digital. Karena itu Bawaslu memperkuat kerja sama dengan platform seperti TikTok lalu dengan Meta yang dalamnya ini berarti ada Facebook, Instagram termasuk Youtube,” kata Lolly.

Kolaborasi lintas pihak juga dilakukan melalui Koalisi Lawan Hoaks Pemilu yang melibatkan pemerintah, platform digital, dan masyarakat sipil. Lebih jauh, Lolly mengungkap ancaman serius yang muncul dari maraknya manipulasi digital seperti deepfake yang mampu mengubah foto, suara, hingga wajah. Untuk mengantisipasinya, Bawaslu memperkuat kapasitas internal serta merumuskan model pengawasan digital yang aman dan mudah digunakan.

“Kami menyiapkan peningkatan kapasitas jajaran pengawas pemilu. Tanpa kemampuan adaptasi teknologi, pengawasan tidak akan efektif,” tegas Lolly.

Dalam poin ketiga, Lolly menekankan pentingnya manajemen krisis informasi, terutama menghadapi kecepatan penyebaran hoaks di media sosial. Ia mengatakan klarifikasi sering kalah cepat dibanding disinformasi yang sudah terlanjur viral. Karena itu, Bawaslu mendorong produksi konten edukasi secara masif serta pemanfaatan AI untuk sistem peringatan dini, termasuk dalam pengembangan Indeks Kerawanan Pemilu berbasis AI.

“Pengawasan digital berbasis AI mungkin dilakukan. Early warning system akan membantu kita melihat potensi kampanye hitam atau informasi yang memecah belah,” jelas Lolly. (aks)

Tag
banyumas
bawaslu
bawaslu banyumas
Berita
Pencegahan